Jumat, 23 Oktober 2015

Tugas Pendidikan Konservasi

1. Apakah yang dimaksud dampak lingkungan dan jenis kegiatan seperti apa yang menyebabkan dampak lingkungan?

Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Jenis kegiatan yang menyebabkan dampak lingkungan adalah:

1. Penebangan Dan Pembakaran Hutan
           Hutan memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai pengatur suhu lingkungan, pengatur kelembapan, pengatur cadangan air, tempat berlindung dan berkembang biak hewan liar, penyedia oksigen bagi manusia dan hewan, mencegah erosi, menahan angin, dan masih banyak lagi.  Penebangan dan pembakaran hutan dapat membuat hutan menjadi gundul.  Akibat penebangan dan pembakaran hutan adalah :

a)Punahnya berbagai jenis hewan karena tidak mempunyai tempat berlindung.
b)Suhu lingkungan meningkat.
c)Ketika musim hujan tiba, maka tidak ada akar-akar tumbuhan yang akan menahan jatuhnya air hujan dan menyerapnya di dalam tanah.  Akibatnya lapisan tanah bagian atas yang banyak mengandung humus akan hanyut terbawa air hujan dan menyebabkan tanah menjadi tandus.
d)Terjadi banjir dan tanah longsor.

2.   Pembangunan Industri (Pabrik)
       Manusia membangun pabrik untuk membuat barang-barang yang dibutuhkan.  Namun, pembuatan pabrik juga memiliki sisi negatif karena akan menghasilkan limbah pabrik.  Apabila limbah pabrik itu tidak diolah terlebih dahulu maka akan mengakibatkan polusi, baik polusi tanah, udara maupun polusi air.

3   Pembuangan Limbah Dan Sampah
           Sebagian besar aktivitas yang dilakukan manusia pasti menghasilkan sampah atau limbah. Mulai dari limbah rumah tangga, pertanian, transportasi, sampai limbah industri. Plastik yang digunakan sebagai pembungkus merupakan contoh limbah rumah tangga. Pestisida jika digunakan berlebihan dapat menjadi limbah pertanian. Asap kendaraan merupakan limbah transportasi. Adapun contoh limbah industri berupa limbah cair dan asap. Sampah dan limbah tersebut ada yang mudah diuraikan dan ada pula yang sulit diuraikan. Jika pengolahan sampah tidak dilakukan dengan benar, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan. 

4. Kegiatan Pembangun 
      Pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon-pohon yang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga hewan tersebut terancam keberadaannya. Aktivitas ini sangat mengganggu keseimbangan lingkungan. Daerah-daerah di sekitar perbukitan dapat terkena bencana, seperti banjir dan tanah longsor.

2.     Jelaskan apa yang dimaksud bangunan berwasasan lingkungan? Dan sebutkan tujuannya!


Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.

Tujuan pembangunan berwawasan lingkungan adalah agar masyarakat yang memanfaatkan sumber daya alam tidak merusak lingkungan.Untuk itu dalam pengelolaan sumber daya alam perlu memerhatikan keadaan lingkungan agar ekosistem lingkungan tidak terganggu. Sumber daya alam merupakan penopang kehidupan penduduk yang perlu dijaga kelestariannya, karena kebutuhan pemenuhan tersebut akan terus berlanjut. Untuk melakukan pembangunan dengan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam maka perlu ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak merusak ekosistem.

3.   Sebutkan dan jelaskan beberapa prinsip yang biasa diterapkan di dalam lingkungan keseharian dengan sistem 4R?

Prinsip-prinsip yang biasa diterapkan di dalam lingknungan keseharian dengan sistem 4R yaitu:

 1. Mengurangi (bahasa Inggris: Reduce) Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan. Contoh:
Pilih produk dengan pengemas yang dapat  didaur ulang, hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar, gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), kurangi penggunaan bahan sekali pakai

2. Menggunakan kembali (bahasa Inggris: Reuse) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable) Contoh: Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya, misalnya botol bekas minuman  digunakan kembali menjadi tempat minyak goring, gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang, gunakan baterai yang dapat di charge kembali, jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
3. Mendaur ulang (bahasa InggrisRecycle)Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggrisinformal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Contoh :Olah sampah kertas menjadi kertas/karton kembali, olah sampah organic menjadi kompos
4. Mengganti (bahasa InggrisReplace)Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

4.   Apa yang dimaksud dengan nilai lingkungan? Lengkapi dengan bagaimana mengkuantifikasi nilai lingkungan?


Nilai lingkungan adalah sikap maupun kata seseorang yang dapat mempengaruhi dalam perilaku terhadap lingkungannya. Sikap seseorang yang peduli terhadap lingkungan dan menghargai alam akan mendapatkan dampak positif dari lingkungan. Tetapi apabila sikap acuh dan tidak menghargai lingkungan sekitar akan merusak lingkungan dan sikap dan kata-kata yang membuat atau mempengaruhi orang lain dengan ucapan maupun tindakannya terhadap lingkungan baik itu positif maupun negatif akan mempunyai pegaruh terhadap kita.
           Nilai pokok lingkungan paling sering dihitung dari kejadian bencana tata air, kerusakan lahan, dan polusi.Nilai lainnya yang tidak kalah penting, namun sering dilupakan adalah nilai konservasi alam hayati dan plasma nutfah maupun nilai keberadaan sumber daya terhadap aktivitas eksogen baik makro maupun yang bersifat mikro.Hutan dan pepohonan berperan paling besar dalam perlindungan ekosistem lingkungan ini, sampai kepada nilai keteduhan dan estetikanya.Bahkan, sumber daya hutan mampu membentuk pola budaya dan sosial setempat.
           Bagaimana menguantifikasikan nilainya, memang bukan perkara yang mudah.Tapi, paling tidak dengan itikad memberikan gambaran yang paling dapat dipertanggungjawabkan, kuantifikasi nilai ekonomi (dan finansial) lingkungan ini dapat dilakukan.Tentunya dengan simplifikasi sesederhana mungkin.
           Analisis proyek dengan mempertimbangkan nilai ekonomi lingkungan dilakukan oleh Maynard M Hutscmidt bersama empat rekannya melalui metode benefit cost analysis (BCA), dikembangkan tahun 1936 di Amerika Serikat, berkaitan dengan pembangunan proyek pengairan di sana. Metode ini secara sederhana dikembangkan untuk menghitung besarnya peningkatan keuntungan proyek apabila dikeluarkan biaya konservasi lingkungannya, merupakan contoh awal usaha menguantifikasi nilai lingkungan yang mulai diperhatikan. Perdebatan cara analisa ini berlangsung sampai ke Congress selama tahun 1950-an yang mengundang perhatian para ahli ekonomi.
           Konsep utama analisis ini secara sederhana menghitung perbandingan keuntungan dan biaya suatu proyek, ditambah upaya konservasi, sebagaimana layaknya menggunakan metode investment criteria di bidang ekonomi.Tujuannya untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dengan menilai efek perubahan kualitas lingkungan dan mengantisipasi perlakuan perbaikan maupun pengendalian kerusakannya.Intinya, kerusakan lingkungan merupakan eksternalitas yang harus turut diperhitungkan dalam biaya proyek.
           Eksploitasi hutan, misalnya, akan menghasilkan banyak keuntungan rupiah. Namun, juga akan merubah struktur ekosistem yang menurunkan kualitas lingkungan atau bahkan merusaknya dalam jangka waktu yang cepat, bahkan sering kali cenderung permanen. Di tanah pertanian, kegiatan budidaya yang tidak disertai konservasi telah menyebabkan erosi, menurunkan produksi pertanian dan menambah ongkos pemupukan yang tidak jarang menyebabkan polusi pestisida yang merugikan kehidupan biota air sungai dan nelayan ikan, serta kesehatan masyarakat.
           Di kota besar, pembangunan kota dan permukiman telah menyebabkan naiknya suhu udara sampai 10 derajat Celsius, menurunkan kemampuan tanah menyerap air, polusi udara, tercemarnya sungai, dan berbagai kerusakan nilai lingkungan. Di sektor pertambangan, tidak dapat ditutupi timbulnya kerusakan lingkungan langsung yang amat sulit direklamasi.Namun, hal yang jelas merugikan seperti ini tidak pernah diungkapkan dalam rupiah untuk menilai pertumbuhan nilai ekonomi pembangunan yang sebenarnya.
     Sebuah contoh polemik kasus lingkungan yang sempat populer adalah pembangunan padang golf dan agrowisata di Puncak sepanjang medio 1993. Pembangunan lahan 700 hektar yang menjanjikan pajak Rp 4 miliar setahun tersebut akhirnya harus diperbandingkan dengan nilai kerusakan lingkungan berupa menurunnya hasil air yang menurut perhitungan teknis mencapai sekitar 5 juta meter kubik setahun, erosi tanah 211 ton per hektar per tahun, limpasan run off 18 juta meter kubik setahun yang merusak dan memperbesar bahaya banjir di Jakarta akan mengakibatkan kerugian materiil yang bernilai rupiah sangat besar.
     Dari hasil air tanah yang hilang saja, apabila dikomersialkan sebagai air mineral dengan nilai serendah Rp 100 per liter, waktu itu, bisa bernilai Rp 500 miliar per tahun. Maka, proyek tersebut justru akan merupakan kerugian nilai lingkungan yang sangat besar, jauh melampaui nilai pajak yang dihasilkan proyek tersebut (Kompas, 24 Mei 1993).
     Contoh kasus environmental benefit loss analysis lainnya adalah pembangunan Jalan Tol Jagorawi yang konon sangat menguntungkan. Padahal, kita semua sadar bahwa jalan tersebut yang telah memacu kerusakan lingkungan Bogor-Puncak-Cianjur, bahkan areal pertanian dan peresapan air sepanjang jalan tol itu sendiri.Dan, kini, rencana pembangunan pantura Jakarta yang berjudul "reklamasi pantai" sedang diperdebatkan untung ruginya.Secara nyata, keuntungan rupiahnya jelas amat menggiurkan (Kompas, 27 September 2002), tetapi kerugian materiil maupun nonmaterial yang akan ditanggung masyarakat pinggiran masih terus-menerus menjadi perdebatan.
     Di Indonesia, masalah kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan memang belum menarik untuk dibahas. Namun, beberapa ahli ekonomi dan kehutanan telah berusaha mengintroduksinya.Di antaranya, Iwan Jaya Azis (Universitas Indonesia, 1990-an) menyajikan gagasan menginternalisasi faktor-faktor eksternal melalui modifikasi model Robinson dalam bentuk model computable general equilibrium (CGE) yang diharapkan secara spesifik mampu menginternalisasi unsur-unsur pencemaran lingkungan.
     Perhitungan kuantitatif nilai konservasi lingkungan hutan nasional telah pula dicoba oleh sekelompok ahli yang konon mengungkapkan bahwa nilai konservasi hutan alami terhadap perlindungan tanah dan penyerapan air saja sekitar 4 miliar dollar AS setahun.Young Cheul Kim dan Achmad Sumitro (UGM, 2002) mengungkapkan, nilai ekonomi total hutan sebesar lebih dari Rp 10 juta/hektar/tahun, dengan nilai terbesar sebagai gudang penyimpan karbon (89%). Sedangkan IPB Bogor sebelumnya meneliti nilai hasil hutan kayu yang hanya kurang dari 5% dari nilai intrinsik sumber daya hutan, yang menyiratkan besarnya kerugian kegiatan eksploitasi apabila tanpa konservasi hutan.
Akhirnya, meskipun sifatnya masih amat nisbi, nilai ekonomi lingkungan sangat penting untuk dikuantifikasikan.Berapa nilai keuntungan suatu kegiatan pembangunan dibandingkan dengan nilai kerugiannya akibat rusaknya lingkungan dan kehidupan sosial bukanlah hal yang sulit dan mustahil dilakukan.Paling tidak, gambarannya diperlukan untuk memberikan masukan obyektif bagi para pengambil keputusan.Hanya para pihak yang terlibat tentu enggan mengungkapkannya. Apalagi, bila akan mempengaruhi "periuk nasi" mereka.

5.   Jelaskan jenis-jenis etika lingkungan yang anda ketahui, jelaskan bagaimana strategi penerapan etika lingkungan itu ?

Etika lingkungan merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. dengan etika lingkungan kita manusia tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan hidup juga membatasi perilaku.


a.      Etika Ekologi Dangkal
Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
  
Secara umum, Etika ekologi dangkal ini menekankan hal-hal berikut ini : 

  1. Manusia terpisah dari alam. 
  2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia
  3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
  4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
  5. Norma utama adalah untung rugi.
  6. Mengutamakan rencana jangka pendek.
  7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya    dinegara miskin.
  8. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.


b.  Etika Ekologi Dalam
Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam. 

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

  1. Manusia adalah bagian dari alam. 
  2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang. 
  3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang. 
  4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk. 
  5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
  6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati. 
  7. Menghargai dan memelihara tata alam. 
  8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem. 
  9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil sambil   memelihara. 

Strategi Penerapan Etika Lingkungan :

Strategi Penerapan Etika Lingkungan di dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini adalah banyak sekali masyarakat yang bersikap boros dan seenaknya sendiri dalam menggunakan SDA yang ada tanpa memperhitungkan dampak apa saja yang ditimbulkan di masa depan nanti.